Kamis, 24 Juli 2014

Tujuan dan Manfaat Akikah (1)




REPUBLIKA.CO.ID, Setiap ibadah yang disyariatkan oleh Allah SWT, tentu memiliki manfaat dan hikmah yang besar bagi umat manusia. 

Dalam penciptaan langit dan bumi, bahkan makhluk yang paling kecil pun, terdapat hikmah yang besar di dalamnya. 

Dan tidak ada yang sia-sia diciptakan oleh Allah. Allah juga tidak merasa malu, karena menciptakan makhluk yang kecil, kendati dalam pandangan manusia merugikan.

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Baqarah [2]: 26).

Dengan keterangan ayat di atas, jelaslah bahwa hal itu untuk menguji umat manusia, apakah dengan perumpamaan itu mereka menjadi orang yang bersyukur atau kufur (ingkar).

Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, sesungguhnya terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir. “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imrah [3]: 191).

Pun demikian halnya dengan tujuan akikah untuk menyembelih hewan saat kelahiran anak. Sebagai bagian dari fikih ibadah, akikah mengandung banyak hikmah. 

Menurut Syekh Abdullah Nashih Ulwan dalam kitab “Tarbiyatul Aulad Fil Islam”, akikah memiliki beberapa hikmah. Pertama, menghidupkan sunah Nabi Muhammad SAW dalam meneladani Nabi Ibrahim AS, tatkala Allah SWT menebus putra Ibrahim yang tercinta Ismail AS.


(Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/09/02/m9q3hd-tujuan-dan-manfaat-akikah-1)

Rabu, 23 Juli 2014

Hikmah Ibadah Aqiqah






Hikmah aqiqah ini salah satunya adalah mengandung makna yang bersifat intrinsik sebagai sarana pendekatan (taqarrub) kepada Allah. Sementara di sisi lainnya akikah mengandung makna instrumental sebagai usaha pendidikan pribadi dan masyarakat ke arah komitmen atau pun pengikatan batin pada amal shaleh.

Jadi makna ibadah salah satunya adalah ibadah seorang hamba yang beriman dan hal tersebut akan memupuk serta menumbuhkan kesadaran akan tugas-tugas pribadi (hubungan hamba kepada Allah) dan tugas serta peran sosial (hubungan hamba dengan hamba lainnya). Untuk itu tujuan aqiqah tidak hanya terbatas pada "pesta makan" semata. Akan tetapi esensi dari ibadah akikah justru lebih luas daripada sekedar pengertian pesta makan.

Berikut adalah beberapa hikmah aqiqah seperti yang telah diulas oleh DR. Abdullah Nashih dalam sebuah buku beliau yang berjudul "Tarbiyatul fi Al Islam" yaitu :
Aqiqah merupakan suatu pengorbanan yang akan mendekatkan anak kepada Allah Ta'ala di masa-masa awal seorang anak menghirup udara kehidupan. Dan inilah makna akikah itu sendiri.
Merupakan tebusan bagi anak ari berbagai macam musibah, sebagaimana Allah telah telah menebus Ismail dengan hewan sembelihan yang besar.
Sebagai pembayaran hutang anak agar kelak di hari akherat ia akan dapat memberikan syafaat kepada orang tuanya. Jadi hal ini juga merupakan salah satu sebab syafaat anak kepada orang tuanya kelak di akherat di terima Allah.
Merupakan salah satu media untuk menunjukkan rasa syukur atas keberhasilan syariat Islam (dalam hal ini syariat aqiqah) dan bertambahnya generasi mukmin.
Mempererat tali persaudaraan di antara sesama anggota masyarakat. Karena dalam pelaksaan aqiqah menurut Islam itu sendiri bisa menjadi wadah serta wahana bagi berlangsungnya komunikasi serta interaksi sosial yang sehat dalam sebuah masyarakat. Dan ini juga adalah salah satu dari manfaat aqiqah itu sendiri.
Demikian tadi beberapa hikmah di balik pensyariatan aqiqah ini bagi umat Islam. Dan tentunya masih banyak hikmah-hikmah akikah lainnya yang masih tersimpan dalam Rahasia Allah yang memang tak terhingga. Point pentingnya adalah bahwa segala ibadah termasuk di dalamnya adalah ibadah aqiqah ini sama sekali bukan untuk kepentingan Allah. Meskipun seluruh manusia di muka bumi ini tidak mau beribadah, Allah tidak akan berhenti menjadi Tuhan seru sekalian alam. Allah tidak membutuhkan apa-apa dari manusia dan Allah tidak membutuhkan daging hewan aqiqah itu sendiri.

Yang perlu kita perhatikan juga dalam hal ini adalah ketika kita akan membeli dan memilih hewan kambing aqiqah. Karena memang tentunya hewan yang akan kita gunakan dalam rangka bersyukur kepada Allah adalah dengan mengetahui akan beberapa hal yang berkaitan dengan Kriteria Hewan Untuk Akikah dan Kurban menurut apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kita umatnya.

Justru segala amalan ibadah semuanya itu manfaat serta kegunaannya adalah kembali kepada diri kita manusia itu sendiri sebagai hambaNya. Dan ini pula yang masuk dalam apa yang dimaksud akikah dalam Islam. Sudahkah anak-anak sahabat-sahabat semuanya telah diaqiqahi...?


Diambil dari Buku : Khitan dan Aqiqah Upaya Pembentukan Generasi Qur'ani karya Achmad Ma'ruf Asrori dan Suhei Ismail.
(Sumber: http://askep-net.blogspot.com/2013/03/hikmah-aqiqah.html)

Senin, 21 Juli 2014

Jumlah Kambing yang Disembelih untuk Aqiqah



Jumlah kambing yang disembelih untuk aqiqah adalah dua ekor kambing apabila anaknya laki-laki dan seekor kambing apabila anaknya perempuan. Hal ini berdasarkan beberapa hadits Nabi Muhammad Saw. sebagai berikut:

Dari Ummu Kurz al-Ka’biyyah r.a. telah menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang aqiqah, maka beliau Saw. menjawab: “Untuk bayi laki-laki dua ekor kambing, untuk bayi perempuan seekor kambing, baik kambing jantan maupun kambing betina, semua boleh, tidak menyulitkan kalian.” (HR. Tirmidzi)

Dari Yusuf bin Mahak, mereka menemui Hafshah binti Abdurrahman untuk bertanya tentang aqiqah. Hafshah memberitahukan, bahwa Aisyah memberitahukan kepadanya sesungguhnya Rasulullah Saw. menyuruh mereka agar menyembelih dua ekor yang cukup umur untuk bayi laki-laki dan satu ekor untuk bayi perempuan.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Baihaqi, Ahmad, dan Ibnu Hibban)

Dari Aisyah dia berkata, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua ekor kambing yang sama dan bayi perempuan dengan satu ekor kambing.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Berdasarkan beberapa hadits tersebut, sangat jelas bahwa jumlah kambing yang mesti disembelih untuk anak laki-laki adalah dua ekor kambing dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Lalu, timbul pertanyaan, apabila anaknya laki-laki, sedangkan orangtua belum mampu untuk menyembelih dua ekor kambing, apakah diperbolehkan menyembelih seekor kambing?

Menyembelih dua ekor kambing bagi anak laki-laki memang yang lebih diutamakan. Tetapi, kalau memang belum mampu, maka diperbolehkan menyembelih satu ekor kambing. Hal ini berdasarkan hadits sebagai berikut:

Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata: “Sesungguhnya Nabi Saw. mengaqiqahi al-Hasan dan al-Husain dengan satu kambing dan satu kambing.” (HR. Abu Daud, Ibnu al-Jarud, dan Thabrani)

Dari Ali r.a., dia berkata: “Rasulullah Saw. mengaqiqahi al-Hasan seekor kambing lalu beliau bersabda kepada Fathimah, ‘Wahai Fathimah, cukurlah rambut kepalanya....” (HR. Tirmidzi, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Hakim, dan Baihaqi)

Berkenaan dengan menyembelih seekor kambing apabila anaknya laki-laki bagi orangtua yang belum mampu ini, ada sebagian orangtua yang apabila di kemudian hari mempunyai kelonggaran rezeki, ia menyembelih seokor kambing lagi. Hal ini juga tidak dilarang.

Demikian tulisan sederhana ini dan semoga bermanfaat bagi kita bersama.


(Sumber: http://muhaiminazzet.wordpress.com/)

Minggu, 20 Juli 2014

Aqiqah....

Cerita pendek berikut memberikan informasi tentang aqiqah, terutama untuk anak-anak kita.


Sabtu, 19 Juli 2014

Bagaimana Jika Tidak Mampu Beraqiqah?



Betapa besar hikmah aqiqah sebagaimana sudah kita bahas dipostingan sebelumnya. Maka, dengan rasa keimanan yang kita pupuk di dalam hati ini, betapa kita semua ingin melaksanakan aqiqah apabila dikarunia anak. Namun, satu hal yang harus disadari, aqiqah ini adalah ibadah yang dilakukan bagi orangtua yang mempunyai kemampuan secara materi. Artinya, mempunyai kambing atau ada uang untuk membeli kambing.

Tidak dibenarkan kita pinjam uang kesana-kemari untuk bisa beraqiqah. Padahal, untuk makan keluarga sehari-hari saja masih berat. Namun, tidak dibenarkan pula tidak mau melaksanakan aqiqah karena besarnya rasa kikir di hati. Padahal, secara materi seseorang itu mampu untuk melaksanakannya.

Dalam hal ini, marilah kita perhatikan
 kisah berikut, yakni pada saat Rasulullah Saw. berkumpul dengan para sahabat di Masjid Nabawi, datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. untuk meminta nasihat perihal aqiqah.

Sahabat tersebut tengah kebingungan mengenai keinginannya untuk melaksanakan aqiqah bagi anaknya yang kala itu berusia tiga hari. Kebingungan itu terjadi karena dia ingin sekali menjadi Muslim yang kaffah dalam melaksanakan ajaran Nabi Saw., namun apa daya sedang dalam keadaan tidak mampu.

Mendengar keluhan sahabat yang kebingungan itu, Rasulullah Saw. tersenyum dan meminta sahabat tersebut mendekat dan duduk di sebelah beliau. Dengan suara yang ramah, Rasulullah Saw. menyampaikan bahwa aqiqah jika dilaksanakan akan mendatangkan pahala dari Allah Swt., sebaliknya jika tidak dilakukan karena tidak mampu maka tidak berdosa.


Dengan demikian, semoga kita diberi rezeki oleh Allah Swt., sehingga dapat menyelenggarakan aqiqah di hari ke tujuh setelah anak kita lahir. Semoga kita dapat melaksanakan ajaran Nabi Saw. ini, sehingga kita dan seluruh keluarga dapat semakin mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Rabu, 16 Juli 2014

Jenis Dan Warna Kambing Untuk Aqiqah



Ada pertanyaan yang kadang muncul di masyarakat, “Apakah kambing yang disembelih untuk aqiqah harus yang jantan?”

Berdasarkan hadits Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Tirmidzi sebagaimana yang telah disebut dalam tulisan sebelumnya, yakni Jumlah Kambing yang Disembelih untuk Aqiqah, tidak masalah kambing yang disembelih jantan atau betina. Hal ini supaya tidak menyulitkan. Namun, menurut pendapat beberapa ulama, kalau bisa yang jantan, hal ini lebih diutamakan. Saya tidak menemukan alasan kenapa yang jantan lebih baik. Barangkali ini karena kambing jantan dapat disimbolkan sebagai kegagahan, dan memang pada kenyataannya di masyarakat lebih suka untuk memilih kambing yang jantan. Atau, mungkin juga agar kambing yang betina dapat berfungsi untuk terus melakukan reproduksi sehingga hal ini amat berguna bagi peternakan kambing.

Pernah juga saya mendapatkan pertanyaan melalui SMS tentang bagaimana warna bulu kambing. Sekilas memang tampak mengada-ada pertanyaan ini; masak sih warna bulu kambing saja dipertanyakan? Tetapi, memang demikianlah kenyataannya. Menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang seperti inilah, salah satu sebab yang membuat saya bersemangat untuk menulis risalah sederhana ini.



Mengenai warna bulu kambing, tidak ditemukan riwayat sebaiknya harus berwarna putih, hitam, coklat, atau campuran warna-warna itu. Jadi, tidak masalah dengan warna bulu kambing yang akan dibuat aqiqah. Namun, ada pendapat ulama yang mengatakan bahwa sebaiknya yang digunakan sebagai aqiqah adalah kambing yang berbulu putih.

Demikian pula dengan jenis kambing. Aqiqah boleh dengan kambing jenis gibas, kacang, etawa, jawarandu, marica, samosir, muara, kosta, gembrong, boer, atau jenis kambing yang lainnya. Untuk lebih mudahnya, barangkali bisa memilih jenis kambing yang biasanya ada di daerahnya masing-masing.




Pembaca yang budiman, pertanyaan-pertanyaan yang muncul di masyarakat seperti tersebut barangkali karena kesadaran untuk ingin melaksanakan aqiqah begitu tinggi. Hal ini bagus sekali, di samping ini memang yang diajarkan oleh Nabi Saw., juga karena hikmah dari aqiqah itu banyak sekali.


Demikian artikel sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita bersama.

Selasa, 15 Juli 2014

Menyelenggarakan Acara Aqiqah

Menyelenggarakan Acara Aqiqah

Sebagai rasa syukur atas nikmat yang diberikan kepada kita, terutama anugerah kelahiran seorang anak, maka kita perlu menyelenggarakan acara aqiqah. Menurut Ibnu al-Qayyim, dalamTuhfat Al-Maudud fî Ahkam al-Maulud, disebutkan bahwa aqiqah, di samping sebagai rasa syukur kepada Allah Swt. atas nikmat kelahiran anak, juga sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah Swt., melatih sifat pemurah, dan mengalahkan sifat kikir yang ada dalam hati manusia.

Aqiqah berasal dari kata ‘Aqqa yang berarti memutus, memotong, membelah, atau melubangi. Adapun maknanya secara syariat adalah menyembelih hewan (kambing) pada hari ke tujuh dari kelahiran bayi. Pada saat aqiqah ini pula dicukur rambut sang bayi dan diberi nama.


Menurut jumhur (mayoritas) ulama, hukum menyelenggarakan aqiqah ini adalah sunnah muakkad, yakni sunnah yang sangat ditekankan untuk dilaksanakan. Mengenai disyariatkannya aqiqah ini, marilah kita perhatikan sebuah hadits dari Samurah bin Junduh r.a., bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

“Setiap bayi digadaikan oleh aqiqahnya yang disembelih untuknya pada hari ketujuhnya, lalu dicukur dan diberi nama.” (HR Nasa’i, Ibnu Majah, dan Tirmidzi).

Demikian halnya dengan sebuah hadits dari Salman bin ‘Amir adh-Dhabiy, dia berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

“Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya (mencukur rambutnya).” (HR Bukhari).


Berdasarkan hadits yang disebutkan di atas, aqiqah dilaksanakan karena memang adanya kelahiran bayi. Aqiqah diselenggarakan pada hari ke tujuh dari kelahiran, dan bersamaan dengan itu dicukur rambut sang bayi dan diberi nama. Lalu, muncul pertanyaan, apabila pada hari ke tujuh orangtua belum mampu untuk beraqiqah, apakah boleh menyelenggarakan aqiqah pada hari yang lain?

Pembaca yang budiman, disunnahkan aqiqah memang pada hari ke tujuh dari kelahiran sang bayi. Namun, apabila orangtua belum mampu untuk menyelenggarakan aqiqah pada hari ke tujuh, maka aqiqah bisa dilaksanakan pada hari ke empat belas. Bila pada hari ke empat belas masih belum mampu, aqiqah bisa diselenggarakan pada hari ke dua puluh satu. Hal ini berdasarkan hadits sebagai berikut:

Dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, dari Nabi Saw. telah bersabda: “Hewan aqiqah itu disembelih pada hari ke tujuh, ke empat belas, dan ke dua puluh satu.”(HR Baihaqi; hadits ini hasan).

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda: “Aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, atau ke empat belas, atau ke dua puluh satunya.” (HR Baihaqi dan Thabrani).

Dengan demikian, masih ada kelonggaran waktu apabila orangtua belum mampu menyelenggarakan aqiqah pada hari ke tujuh. Namun, satu hal yang mesti dipahami, kelonggaran ini hanya berlaku bagi orangtua yang benar-benar belum mampu menyelenggarakan aqiqah pada hari ke tujuh. Jadi, bukan karena malas, pelit, atau memang memilih selain hari ke tujuh. Sebab, hadits yang paling kuat dan banyak dijadikan rujukan tentang hari aqiqah adalah pada hari ke tujuh. Namun, apabila pada hari ke tujuh, ke empat belas, ke dua puluh satu orangtua masih juga belum mampu, ya silakan melaksanakan aqiqah pada hari ketika ia mampu.


Demikian tulisan sederhana ini dibuat dan semoga bermanfaat bagi kita bersama.

Hikmah Aqiqah



Di antara hikmah diselenggarakannya aqiqah, menurut Syaikh Abdullah Nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyat al-Aulad fi al-Islam adalah, pertama, menghidupkan sunnah Nabi Muhammad Saw. dalam meneladani Nabi Ibrahim a.s. tatkala Allah Swt. menebus putra Ibrahim yang tercinta, yakni Ismail a.s. Dalam hal ini, juga bisa bermakna pengorbanan yang akan mendekatkan diri anak kepada Allah Swt. di awal kehidupannya.

Kedua, dalam aqiqah mengandung unsur perlindungan dari setan yang dapat mengganggu anak yang terlahir, dan ini sesuai dengan makna hadits, “Setiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya.” Sehingga, anak yang telah ditunaikan aqiqahnyainsyâ Allâh lebih terlindung dari gangguan setan yang sering mengganggu anak-anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibnu al-Qayyim, “Bahwa lepasnya anak dari gangguan setan tergadai oleh aqiqahnya.” Dalam arti yang lebih luas bisa bermakna aqiqah merupakan tebusan bagi sang anak dari berbagai musibah. Dengan demikian, semoga ia senantiasa dalam keselamatan.

Ketiga, aqiqah merupakan tebusan utang anak untuk memberikan syafaat bagi kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Mengenai hal ini, juga sesuai dengan pendapat Imam Ahmad yang mengatakan, “Dia tergadai dari memberikan syafaat bagi kedua orang tuanya (dengan aqiqahnya).” Hal yang demikian memang sangat penting, apalagi bila dihubungkan dengan hadits Nabi Saw. bahwa semua amal akan terputus jika bani Adam meninggal dunia, kecuali tiga hal yang salah satunya adalah doa dari anak shalih yang mendoakan orangtuanya.

Keempat, merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Swt. sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah Swt. karena lahirnya sang anak. Tiada maksud lain dalam melaksanakan aqiqah ini, misalnya supaya dipandang oleh orang lain, ingin mendapatkan pujian, dan sebagainya, kecuali hanya ikhlas untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan penuh rasa syukur karena telah dikaruniai anak.

Kelima, aqiqah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syariat Islam dan bertambahnya keturunan Mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah Saw. kelak pada hari kiamat. Sebuah rasa gembira karena telah lahir seorang anak manusia yang semoga kelak menjadi insan yang akan menegakkan kalimat tauhid dan membela agama-Nya.

Keenam, aqiqah memperkuat tali silaturahmi di antara kaum Muslimin atau anggota masyarakat. Di mana dengan adanya aqiqah, orang-orang yang diberi jamuan akan merasa senang dan ini bisa menambah eratnya persaudaraan. Karena, di samping berdimensi spiritual, aqiqah juga merupakan ibadah dari umat Islam yang bersifat sosial.

Demikian enam hikmah aqiqah menurut Syaikh Abdullah Nashih Ulwan dan semoga bermanfaat bagi kita bersama.

Minggu, 13 Juli 2014

Aqiqah dengan syar'i, mudah dan berkualitas



Ingin ber-Aqiqah dengan syar'i, mudah dan berkualitas?
Salam Aqiqah Palembang hadir untuk itu,
Penyedia aqiqah murah, mudah, berkualitas dan insyaAllah sesuai syariat.
Salam Aqiqah adalah penyedia jasa pelayanan Aqiqah yang berpusat di Kota Palembang.

Salam Aqiqah menyediakan dan menjual kambing dan domba aqiqah, lengkap dengan jasa penyembelihan gratis dan pengiriman paket kambing dan domba di Kota Palembang dan sekitarnya. Kambing dan domba yang disediakan dan dijual Salam Aqiqah adalah kambing dan domba yang sehat sesuai syariat yang utamanya berasal dari peternak rakyat di dalam kota Palembang dan sekitarnya juga dari luar daerah.
Salam Aqiqah juga melayani Masak kambing, Masak Nasi putih / Nasi Beryani, Paket Box, Catering dan Peralatan Catering di Kota Palembang.
Salam Aqiqah, Pelayanan Jasa Aqiqah dan Qurban di Palembang
Menjual : DOMBA/KAMBING untuk Aqiqah. Silahkan hubungi kami di 0821-75338840 atau 0858-38394001. Dengan LAYANAN POTONG & ANTAR. Dan siap membantu anda untuk menyalurkan kepada anak yatim dan kaum dhuafa.
Mari memberi arti sedari dini. Semoga berkah dan bermanfaat.
Mengapa Salam Aqiqah?
  1. Domba dan kambing sehat berkualitas sesuai syariat Islam
  2. Menu sehat dan lezat diolah oleh juru masak yang berpengalaman
  3. Pemesanan dapat dilakukan melalui Telepon, SMS dan Facebook
  4. Membantu Anda menyalurkan ke Rumah Yatim Piatu dan Dhuafa
  5. Mendapatkan Sertifikat Aqiqah dan buku Risalah Aqiqah
  6. Membantu membangun dan mengembangkan peternak lokal
  7. Pembayaran dapat dilakukan dengan layanan bank transfer
  8. Minimal 2.5% dari laba untuk program kemanusiaan

Untuk kajian Islam tentang anak dan keluarga serta informasi aktifitas kami, kunjungi di FB: Salam Aqiqah Palembang dan FP: Salam Aqiqah

Semoga Bermanfaat

Sabtu, 12 Juli 2014

Profil Salam Aqiqah Palembang

Salam Aqiqah
Dengan slogan “memberi arti sedari dini”, kami ingin mengungkapkan bahwa perintah ibadah aqiqah adalah perintah yang memberikan pemahaman kepada kita semua akan pentingnya nilai-nilai kebermanfaatan manusia sejak awal dia dilahirkan. Pada saat lahirnya sang jabang bayi, Allah SWT telah memberikan arahan untuk berbagi keberkahan atas nama si bayi. Hal ini juga dapat dipahami bahwa sedari awal Allah SWT menginginkan kebermanfaatan itu muncul dan berkembang hingga si manusia tumbuh dewasa. Harapannya, semakin besar dan dewasa si manusia maka kebermanfaatan kepada manusia lainnya juga akan semakin besar. Terhadap nilai-nilai itulah Salam Aqiqah ada dan berkhitmat.






Salam Aqiqah dan Peternak Lokal
Khusus untuk keperluan aqiqah, Palembang bisa dikatakan sebagai pasar potensial yang menggiurkan. Dari info yang didapat, sebuah penyedia jasa aqiqah yang berkantor pusat di pulau jawa, harus mendatangkan kambing dan domba minimal seratus ekor dari luar Sumatera Selatan (pulau jawa) untuk memenuhi pesanan aqiqah khususnya dari dalam kota Palembang. Konsumsi sebanyak ini tidak berasal dari Palembang dan sekitarnya. Kurang lebih seribu kambing dan domba masuk ke Palembang setiap bulannya dari daerah Lampung dan Jawa. Sayangnya, konsumsi sebanyak ini juga belum bisa mengangkat derajat peternak kambing lokal Palembang dan Sumatera Selatan umumnya. Masalah yang terjadi mulai dari jenis yang kurang berkualitas hingga keterbatasan jumlah produksi ternak di daerah Sumatera Selatan. 
Berpijak pada informasi tadi, penguatan peternak kambing dan domba di Palembang dan Sumatera Selatan sudah menjadi keharusan. Berbekal dengan semangat ini, Salam Aqiqah terbentuk guna menjadi penyedia aqiqah yang terpercaya dan professional dimana pada gilirannya juga memberikan kontribusi pasar bagi para peternak domba dan kambing di Sumatera Selatan. Salam Aqiqah, untuk hal ini, juga membangun peternakan lokalnya sendiri, dimana sedikit demi sedikit ketergantungan akan domba dan kambing dari luar sumatera selatan dapat teratasi. Selain itu Salam Aqiqah juga mengembangkan proyek kemitraan dengan peternak kecil dengan memberikan bibit domba dan kambing yang baik untuk dikembangkan. Dengan menjamin keberadaan pemasaran dan bibit yang baik, Salam Aqiqah yakin peternak lokal akan lebih bergairah. 












Salam Aqiqah dan Kuliner Berkualitas
Jauh sebelum Salam Aqiqah berdiri, resep-serep keluarga yang nikmat ini sudah menjadi perhatian khalayak kota Palembang, terutama resep Kare kambing dan Nasi Beryani. Dengan bekal ini, Salam Aqiqah percaya bahwa produk layanan aqiqah yang di promosikan bukan saja berbekas pada lidah para penikmatnya namun juga insyaAllah bertaut di hati pula. Selama puluhan tahun resep-resep keluarga ini hanya terkungkung pada balutan ruang toko makanan dan catering yang kadang tak terjelaskan asal dan nama pengolahnya, namun kini dengan Salam Aqiqah, resep ini mampu menjangkau lebih banyak lidah yang berselera. 













Salam Aqiqah dan Kemanusiaan
Kami percaya bahwa aqiqah bukan saja ibadah yang terkait dengan si bayi yang baru lahir. Namun lebih jauh dari itu, aqiqah merupakan media perkuatan ikatan sosial. Untuk itu, Salam Aqiqah juga menawarkan untuk menyalurkan aqiqah kepada mereka yang bisa jadi jarang sekali menikmati daging dan masakan yang lezat. Salam Aqiqah memilikin jaringan panti asuhan dan kelompok masyarakat tak mampu, yang bisa menjadi tautan kasih para pemberi aqiqah. Kami berharap, tautan kasih antara pemberi dan penerima aqiqah ini, mampu memberikan berkah dan doa kebaikan yang besar dan berkepanjangan, hingga limpahan berkah ini akan bisa kita peroleh bersama. Hingga hakikat “memberi arti sedari dini” akan benar-benar terwujud. Aamiin.

























Ingin ber-Aqiqah dengan syar'i, mudah dan berkualitas?

Salam Aqiqah, Pelayanan Jasa Aqiqah dan Qurban di Palembang
Menjual : DOMBA/KAMBING untuk Aqiqah. Silahkan hubungi kami di 0821-75338840 atau 0858-38394001. Dengan LAYANAN POTONG & ANTAR. Dan siap membantu anda untuk menyalurkan kepada anak yatim dan kaum dhuafa.
Mari memberi arti sedari dini. Semoga berkah dan bermanfaat.

Untuk kajian Islam tentang anak dan keluarga serta informasi aktifitas kami, kunjungi di FB: Salam Aqiqah Palembang dan FP: Salam Aqiqah

Semoga Bermanfaat